Ini adalah sebuah peristiwa nyata yang pernah benar-benar ada. Dan
pelakunya adalah teman SMP saya dulu dengan nama asli disamarkan untuk
privasi.
Aku adalah muslimah yang taat. Kata orang wajahku manis dibalik kerudung
putih panjang yang selalu kupakai tiap harinya. Tinggi badanku + 155 cm
dengan berat badan sekitar 45 kg. Ya aku sangat mensyukurinya jika
memang orang yang mengatakan hal itu secara jujur.
Kata suamiku, dibalik busana muslim yang aku kenakan, tubuhku dibilang
sangat seksi dan jika ada laki-laki yang tahu, pasti akan mengatakan
secara fisik aku sempurna. Itu juga aku pasrahkan pada yang kuasa,
apakah yang dikatakan suamiku itu jujur atau tidak. Yang jelas aku hanya
bisa menganggap sebagai rayuan saja sebelum aku melayani nafsunya
sebagai istri.
Rumah tanggaku dengan suamiku sebenarnya baik-baik saja, namun karena
kami masih menumpang di rumah orang tuaku, membuat semua yang kami
perbuat sedikit membuat risih. Tapi secara keseluruhan keluarga kami
dalam kondisi yang sehat dan bahagia. Sampai suatu ketika ada sebuah
kejadian yang membuat cara berpikirku berubah 180 derajat. Hal itu
bermula dari sebuah malam yang sangat mempengaruhi kehidupanku.
Malam itu, suamiku pulang sedikit larut. Takut akan mengganggu orang
lain yang masih satu rumah, aku coba layani suamiku dengan lembut meski
mata sedikit ngantuk akibat sempat ketiduran usai menina bobokan anak
laki-laki semata wayangku yang sudah sudah berumur 4 tahun. Setelah
menemani suami makan malam, kami berduapun bersiap melakukan hubungan
suami istri.
Sebelum melakukan hubungan aku sempatkan mencium kening anakku yang
sedang tertidur, meski suamiku sudah sangat bernafsu untuk
menyetubuhiku. Segera saja suamiku memagut bibirku dengan penuh gelora
meski aku sendiri sebenarnya sudah tidak mood dalam melayaninya, karena
aku sudah terlalu ngantuk. Namun sekali lagi karena rasa sayangku pada
suami dan tanggung jawab sebagai wanita muslimah taat, kucoba agar
suamiku tetap bisa terpuaskan dengan tubuh yang sudah lelah.
Pelan-pelan pakaian yang kukenakan dilucuti satu per satu oleh suamiku.
Payudaraku yang masih keluar ASI karena anakku masih meminum ASIku
dijilat dan dihisapinya dengan buas. Setelah seluruh pakaianku
ditanggalkan, suamiku bergegas melepas seluruh bajunya dan langsung
menindihku kembali dan langsung mengarahkan batang penisnya yang cukup
besar dan panjang itu ke liang senggamaku.
“Engghh... mas. Pelan-pelan aja mas.” pintaku lirih karena vaginaku
terasa perih saat penis suamiku dipaksa masuk vaginaku. Namun suamiku
tetap saja buas dengan nafsunya yang sudah ingin sekali menyetubuhiku.
Aku hanya bisa pasrah sambil menggigit bibir tipisku untuk sedikit
menahan rasa perih. Agar suamiku tak merasa terganggu nafsunya karena
aku yang tidak punya libido besar, kucoba belai rambutnya, sehingga
terkesan aku sangat menikmatinya. Sampai akhirnya, “Bleshh...” liang
senggamaku berhasil dipenuhi batang penis suamiku dan aku sedikit
memekik karenanya.
Genjotan demi genjotan, kayuhan demi kayuhan nafsu suamiku kurasakan
semakin membuat tubuhku merasa lelah tanpa bisa aku nikmati. Sampai
akhirnya beberapa menit sejak suamiku larut dalam kayuhan nafsunya,
anakku terbangun dari tidurnya dan mendapati kami berdua sedang
melakukan hubungan yang seharusnya belum boleh dia lihat.
Dan benar saja, anakku yang masih sangat polos itu langsung menghampiri
aku dan menyuruh suamiku turun dari tubuhku. Dikirannya suamiku sedang
menyakiti aku karena suara lenguhanku yang lirih kuperdengarkan agar
suamiku mengira aku juga sedang menikmati persetubuhan itu. Aku yang
tidak sadar anakku terbangun karena fokus melayani nafsu suamiku
terperanjat kaget.
Sadar suamiku tidak mau mengalah untuk sejenak menghentikan
persetubuhan, akhirnya kucoba tenangkan anakku dengan menyuruhnya
menyusu payudaraku. Suamiku akhirnya mau kurayu agar posisinya tidak
sepenuhnya menelungkupi aku dengan kedua kakiku ditaruh diatas pundaknya
lagi, sehingga kedua kakiku diturunkan dengan posisi dia menggenjot
vaginaku dengan posisi agak menengadah bertumpu kedua tangannya, agar
anakku mendapat ruang untuk menyusu.
Sekarang posisiku ditindih dua laki-laki bapak dan anak. Suamiku
mendapatkan bagian bawah menikmati liang senggamaku, anakku dapat bagian
atas sambil menyusu payudaraku. Dua laki-laki yang sangat aku sayangi
itu mendapatkan kenikmatannya masing-masing, sedangkan aku merasa
semakin lelah saja. Dan setelah itu hal yang tidak pernah aku bayangkan
terjadi.
Sampai suamiku puas dan menyemburkan spermanya ke dalam rahimku,
ternyata anakku tidak kembali tidur juga meski sudah aku susui. Begitu
tahu ayahnya melepaskan penis, anakku tiba-tiba bergegas bangun dari
menyusu payudaraku dan segera melepas celana kolornya. Penis kecilnya
diarahkan ke liang senggamaku meniru apa yang barusan dilakukan oleh
suamiku, meski penis yang masih terbungkus kulup itu tampak masih
mengkerut.
Aku dan suamiku kaget bukan kepalang sampai kami berdua sama sekali tak
bereaksi apapun untuk beberapa saat, meski anakku sudah berusaha meniru
ayahnya dengan menghentak-hentakkan penisnya yang tidak bisa ia masukkan
ke liang dimana dia dilahirkan itu. Begitu responku kembali, aku
langsung beranjak agar anakku tidak terlalu jauh dalam bersikap. Tapi
ternyata aku sudah terlambat. Reaksi anakku adalah wajahnya mulai sedih
dan terlihat hendak menangis.
Suamiku yang takut suara tangis anakku mengganggu orang dalam rumah,
apalagi posisi aku dan suamiku yang memang masih telanjang bulat
langsung mengambil keputusan yang lebih membuat aku kaget. Ia malah
menyuruhku agar tidak menghentikan aksi anakku. Mungkin karena ia risih
karena tinggal di rumah mertua jika anaknya rewel. Aku bisa pahami itu,
tapi aku langsung menolak permintaannya.
“Jangan lah mas. Itu kan dosa mas?” pintaku.
“Ya dari pada dia nangis.” sahut suamiku panik.
Meski berat akupun menuruti kata-kata suamiku. Kupegang penis kecil
anakku dan kubantu mengarahkan penis kecilnya dengan posisi tubuhku
kutumpukan pada kedua sikuku. Anakkupun mengikuti tanganku yang pelan
menarik penis kecilnya itu ke liang senggamaku, sehingga sekarang
gantian anakku yang menindih tubuhku seperti suamiku tadi.
Penis kecil yang masih mengkerut di dalam kulup itu kubantu tekan agar
terdorong memasuki bibir vaginaku. Anakku sendiri ikut mendorong dengan
penuh semangat meski susah sekali karena penisnya yang belum tegang.
Sampai akhirnya kulup penisnya terbuka dan membuat kepala penisnya
sedikit melesak ke dalam bibir vaginaku. Secara tidak sadar aku
menjepitkan kepala penis anakku yang masih sangat sensitif itu dengan
bibir vaginaku. Hal itu spontan terjadi sebagai reaksiku yang merasa
geli dimasuki benda kecil yang aneh.
“Enghh...” desahku tak sadar saat penis kecil anakku sedikit demi
sedikit mulai besar dan ereksi dan terus kubantu agar bisa memasuki
liang senggamaku, yang mungkin karena jepitan spontan bibir vaginaku
tadi membuat penis anakku merasakan rangsangan yang sebenarnya belum dia
pahami.
Sampai akhirnya, “Slep... Slep...” Tanganku terlepas dari penis kecil
anakku. Anakku sendiri sudah bisa berinisiatif dengan gerakan memompa
penisnya pada liang dimana dia dilahirkan dulu meniru apa yang dilakukan
suamiku tadi.
Dan entah kenapa pula saat anakku mulai lancar menyetubuhiku, aku malah
diliputi keinginan bersetubuh. Aku benar-benar terangsang dengan
perlakuan penis kecil anakku didalam vaginaku. Juga tambah terangsang
dengan inisiatifnya yang terus memompa penisnya itu sambil mulai menyusu
payudaraku. Itu masih ditambah lagi dengan remasan jemari mungilnya
yang biasa memainkan peyudaraku yang satunya tiap dia sedang menyusu.
“Enghh... mas... ” desahku memanggil suamiku yang sedang membelaiku
melihat apa yang dilakukan anak kesayangan kami berdua padaku. “Tolong
udah ya mas. Ade takut jadi menikmati persetubuhan ini. Enghh... Ade
nggak mau kaya gini mas...”
“Udah nggak apa-apa sayang. Demi anak kita.” Jawab suamiku yang tidak tahu maksud permintaanku.
Karena suami menjawab seperti itu, dan nafsuku juga semakin meluap
karena rangsangan dan sodokan penis kecil anakku, aku langsung menarik
wajah suamiku agar aku bisa mencium bibirnya. Dalam hati aku berkata,
“Meski persetubuhannya dengan anakku, aku tidak ingin selingkuhi
suamiku. Setidaknya agar fantasi seksku bukan dengan anakku melainkan
dengan suamiku.”
Tak kusangka, apa yang dilakukan anakku bisa bertahan sampai sekitar 15
menit. Sehingga aku yang punya tipikal cepat klimaks sempat mencapai
orgasmeku. Aku mengejang hebat sampai lava vaginaku meledak melumuri
batang penis kecil anakku. Aku syok dan terguncang antara menikmati
kebahagiaan bersetubuh yang jarang kudapat dengan suamiku bercampur rasa
bersalah merasa berselingkuh dengan anakku, karena aku yang mencapai
klimaks.
Akupun jatuh terkulai dan ciuman dan rangkulanku pada suamiku terlepas.
Dalam keadaan lemas itu, aku melihat sosok anakku yang sedang asyik
menyetubuhiku. Akupun sadar bahwa saat dia menyetubuhiku sedari tadi,
anakku sama sekali bukan karena nafsu birahi yang sudah muncul, namun
sifat polos anak kecilnya yang ingin meniru semua yang dilakukan orang
tuanya.
Aku hanya bisa tersenyum dan membelai rambutnya sambil membiarkan anakku
terus menyusu dan menggenjot vaginaku. Karena vaginaku yang telah
banjir akibat orgasmeku, pelan-pelan sodokan penis anakku mulai lambat
dan mulai sering terlepas dari cengkeraman bibir vaginaku. Dan
pelan-pelan pula aku merasa penis kecilnya kembali mengkerut sehingga
kepala penisnya kembali memasuki kulupnya di dalam vaginaku, sampai
akhirnya gerakan anakku terhenti karena kelihatan sudah bosan dengan
permainan yang sangat lama dia lakukan untuk ukuran anak seumuran dia.
Anakku akhirnya terlelap dalam pelukanku sambil menyusu dengan posisi
menindih tubuhku. Penis kecilnyapun masih mengganjal bibir vaginaku
untuk menutup. Sedangkan suamiku sendiri sepertinya sudah sangat lelah
dan cukup puas dengan nafsu birahinya padaku tadi. Tinggal aku yang
belum bisa tertidur memikirkan apa yang barusan terjadi.
Selanjutnya, kegiatan bersetubuh dengan anakku mulai sering dilakukan.
Meski anakku melakukan itu hanya karena ingin meniru apa yang dilakukan
ayahnya terhadap aku, namun lama-lama karena terbiasa, anakku mulai
berani meminta jatahnya sendiri.
Siang itu rasanya cukup membuat gerah tubuhku. Sehingga aku memutuskan
untuk hanya memakai daster terusan tanpa lengan. Sampai bra dan CD pun
tak aku pakai, karena rasanya tubuhku seperti menginginkan udara segar
di suasana yang sangat terik. Namun meski begitu aku tetap mengenakan
kerudung, barangkali ada tamu yang tiba-tiba berkunjung.
Seperti biasanya, jatah anakku tidur siang aku ingatkan padanya setelah
ia pulang dari sekolah. Waktu itu anakku sudah berusia 6 tahun. Anakku
yang penurut langsung mengikutiku masuk kekamar untuk aku kelonin.
Pikirku sekalian saja aku tidur di hari yang benar-benar terasa memeras
keringat saking panasnya.
Namun saat itu aku sedikit terkaget dengan permintaan anakku sebelum ia
tertidur. Tiba-tiba ia merengek meminta bersetubuh denganku. Entah apa
yang dipikirkannya, meski aku menolak keinginannya dengan halus ia tetap
saja merengek. Karena pikirku sudah biasa dilakukan, akupun
mengabulkannya.
"Ya udah, sekali saja ya sayang?" Kataku membolehkan, yang kemudian langsung direspon dengan anggukan oleh anakku.
Kemudian, anakku yang tinggi badannya sudah sepundakku langsung menindih
tubuhku. Aku yang paham bahwa ia melakukan itu bukan karena nafsu
birahi membiarkannya. Lagipula aku sendiri masih kurang mood bercinta
siang itu. Sehingga aku hanya pasrah dengan apa yang dilakukan anakku
itu mulai dari menaikkan daster terusanku itu sampai sebatas payudaraku,
sampai dengan ia selesai melepas seluruh bajunya.
Iapun kembali menindih tubuhku dengan nafas tersengal. Puting kiriku
langsung diemut dan dihisap sampai keluar susunya. maklum, sampai seumur
itu aku belum menyapihnya dari susuanku. Sedangkan payudara kananku
yang berukuran bra 36B itu diremas-remasnya untuk mainan sebagaimana
biasanya. Namun yang aku sedikit bingung adalah penisnya yang sudah
sedikit lebih panjang dari saat dia melakukan itu pertama denganku,
ternyata sudah ereksi. Bahkan kulihat ketegangannya sudah melebihi
batas, sampai-sampai kepala penisnya keluar dari kulupnya tanpa dibantu.
Dalam hati aku sedikit bertanya, "Apa dia sudah mulai punya keinginan
bersetubuh dengan lawan jenis ya? Baru kali ini dia minta ngentot
siang-siang. Kontolnya juga kelihatan sudah tegang dari tadi."
Namun kecemasanku bahwa anakku sudah mulai mempunyai nafsu segera
kutepiskan, karena aku teringat kata-kata suamiku yang berkata bahwa
anak laki-laki mulai berfantasi tentang seks saat ia berumur 12 tahun.
Jadi kupikir ia masih terlalu jauh umurnya untuk sampai mempunyai
keinginan menyetubuhiku.
Setelah kutepiskan kekhawatiranku, aku kembali memperhatikan tingkah
polah anakku diatas tubuhku. Kubelai rambutnya dengan penuh perhatian
dan kasih sayang sebagai ibu. Merasakan belaianku, anakku terlihat
seperti sedikit tersengat kaget. Mulutnya yang sedari tadi menghisapi
putingku, dialihkan agar ia bisa menjamah leherku. Nafas menderu anakku
dileherku membuatku sedikit merinding.
Penisnya yang masih terlihat kecil buatku itu semakin sering menjamah
belahan vaginaku. Aku yang sudah merasa lelah dan tidak ingin ia
menyetubuhiku lama, membuatku berinisiatif meraih penis kecil anakku.
Aku langsung arahkan saja penisnya ke mulut liang senggamaku. Ia yang
merasa penisnya sudah siap tembak langsung dihentakkan agar bisa
langsung melesak.
"Ehhhss..." Desisku saat penisnya disodok kasar dan langsung melesak
penuh didalam liang senggamaku yang belum basah oleh cairan sedikitpun.
Sedikit perih memang, namun jika dibandingkan dengan penis ayahnya,
masih lebih menyakitkan ayahnya yang mempunyai penis lebih besar.
Begitu ia merasa penisnya berhasil melesak masuk dengan mantap, ia
langsung menggenjot vaginaku dengan kecepatan penuh sampai tubuhku
terhenyak-henyak. Nafasnya di leherku terasa berdengus-dengus sampai
spontan aku lepas kerudungku agar anakku leluasa dalam mencium leherku.
Kedua kakiku juga aku kangkangkan, agar ia dalam melakukan
sodokan-sodokan penis bisa lebih leluasa. Namun anakku malah mengaitkan
kedua kakiku itu dan membuat kedua kakiku menjepit pinggulnya yang terus
bergerak naik turun dengan sangat cepat.
Seperti itulah anakku siang itu menjamah, menggenjot dan menyetubuhi aku
dengan gagahnya. Bolak-balik mulutnya berpindah-pindah dari leherku ke
putingku untuk menyusu dan sebaliknya. Meski vaginaku mulai mengeluarkan
lendir karena perbuatan anakku, aku sama sekali tidak berusaha
menikmatinya. Karena bagiku, kenikmatanku dalam bercinta memang saat
melihat laki-laki yang ada diatas tubuhku saat itu mengerang dan
mencapai klimaksnya. Apalagi yang saat itu sedang menggagahi aku adalah
anakku sendiri, yang otomatis sangat aku sayangi.
Sampai akhirnya anakku merintih padaku, "Bu, aku kebelet pipis."
"Ya udah, Pake bajumu, terus pipis. Dan habis itu bobo ya?" Jawabku pada
anakku sambil membelainya yang meski begitu terus menggenjotkan penis
kecilnya itu di dalam liang peranakanku.
"Nanti saja bu, kalo sudah kebelet banget. Aku masih pingin naik turun."
lanjut anakku dan membuatku tersenyum akan kepolosannya.
Waktu itu aku sama sekali tidak punya pikiran aneh-aneh meski gerakan
anakku kurasakan semakin kuat dan cepat. Sehingga aku malah semakin
lembut membelai rambutnya. Sampai akhirnya aku merasakan penis kecil
anakku berkedut-kedut. Tanpa sadar pula otot-otot vaginaku bereaksi
dengan kedutan itu dan berkontraksi menjepit penis kecil anakku.
Anakku kemudian menaikkan tubuhnya dan menumpukan beban tubuhnya ke
kedua tangannya yang didirikan dikedua samping kepalaku. Penisnya
dipaksa masuk lebih dalam, persis seperti saat ayahnya hendak orgasme
dan hampir mendapatkan klimaksnya. Dan sekali lagi aku tidak merespon
sampai sejauh itu. Dalam pikiranku waktu itu hanya melayani apa yang
dilakukan anakku agar ia mau menurutiku tidur siang.
Kedutan penis anakku kurasakan semakin keras, dan sodokan penisnya
didalam vagina yang telah melahirkannya pun semakin kasar dan memaksa
agar bisa memasuki tubuhku lebih dalam lagi. Tanpa sadar aku membantunya
dengan memegangi pinggulnya dan ikut mendorong-dorong bokongnya.
"Ughh..." desahku menahan rasa yang kudapatkan dari anakku.
Dan akhirnya, "Crett.. Crett.." Kurasakan ada cairan yang hangat
membasahi rongga menuju rahimku. Rasanya deras sekali menyembur-nyembur.
Anakku sendiri kelihatan menghentak-hentak hebat sampai mendongakkan
kepalanya keatas sebelum akhirnya terkulai dalam pelukanku.
"Enghh... maaf bu. Aku tadi pipis didalam memek ibu." Kata anakku dengan nafas tersengal.
Aku yang mengira anakku memang benar-benar kencing di dalam liang
senggamaku tersenyum mendengar apa yang dikatakannya. Sehingga aku
menjawab dengan bercanda sambil menyuruhnya agar cepat-cepat menyusu
agar cepat tertidur siang, "Ya udah. Kalo gitu langsung bobo saja
sekarang. Nih, biasanya sambil mimik kalo mau bobo?"
Setelah ia tertidur diatas tubuhku, aku sempatkan lepaskan penis
kecilnya yang sudah mengkerut di dalam liang senggamaku. Kugulingkan
tubuh anakku agar tidak menindihku. Dan saat aku hendak membenahi daster
terusanku yang sudah acak-acakan sehabis melayani anakku bersetubuh
denganku, aku kaget setengah mati.
Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari mulut vaginaku.
Waktu kulihat cairan yang keluar berwarna putih kental, aku langsung
sadar bahwa anakku baru memasukkan spermanya ke dalam rahimku.
Akupun sedikit panik karenanya, namun aku yang saat itu percaya dengan
perkataan suamiku, bahwa anak laki-laki mulai punya keinginan bersetubuh
saat ia berusia 12 tahun membuatku yakin bahwa meski anakku telah
memasukkan spermanya ke dalam rahimku, tidak akan mungkin menghamiliku.
Namun sayangnya setelah dua bulan berlalu perkiraanku salah. Anakku yang
masih berusia 6 tahun itu sukses menaruh benih janin di dalam rahimku.
Aku tahu itu adalah hasil dari persetubuhanku dengan anakku, karena saat
aku melakukannya siang itu, suamiku sedang bekerja diluar kota selama 3
bulan. Dan saat suamiku pulang, aku sudah mengandung janin berumur
sebulan.
SEKIAN (Sumber : Google Search)
Casino Roll: The Wizard's Guide for Payout - Casino Roll
BalasHapusHow to choose the best 버슬롯 payout methods? of any bet that 10 뱃 has been placed on the 화이트 벳 top of the wager at the 먹튀신고 top of the 12bet list and you